Dalam konteks ini, daya enegi listrik sudah terbatas ketersediaannya. Salah satu studi kasus adalah ketersediaan energy listrik di daerah Pulau Bawean pada tahun 2008 tersedia hanya pada saat senja hingga pagi hari. Karena di daerah Pulau Bawean tersedia karena adanya generator. Karena pertumbuhan penduduk di Pulau Bawean tidak terkontrol.
Jika kasus ini menyebar ke semua wilayah daerah Indonesia sangatlah mungkin ketersediaan energy listrik akan terbatas dan harga listrik akan naik sangat tajam karena tuntutan yang terbatas. Maka dari itu pemerintah harus memperhatikan pertambahan penduduk sehingga tidak terjadi keterbatasan energy listrik.
Di daerah Bawean ini listrik akan menyala tergantung dari pemasokan BBM yang berupa mesin diesel. BBM ini akan di kirim sebulan sekali, tetapi pemasokan BBM ke Pulau Bawean ini juga tergantung pada cuaca. Jika pertambahan penduduk di Pulau Bawean ini tidak di kendalikan maka PLN akan membutuhkan lebih banyak BBM untuk pengoprasian mesin diesel ini. Hal ini karena tuntutan warga bawean akan kebutuhan listrik. Apalagi PLN menanggung kerugian kuran lebih 1,5 M per bulannya karena pemasokan BBM yang banyaknya 225 ton per bulan. Ini akan membuat utang Negara menjadi besar jika hal ini tidak secepatnya di atasi.
Maka dari itu seharusnya pemerintah lebih memberi sosialisasi tentang pertumbuhan penduduk di Indonesia sehingga penduduk Indonesia paham bahwa laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah sangat tinggi. Jika perlu kita mengadopsi cara pemerintah China yang hanya menganjurkan memiliki anak 1 setiap kelurga. Jadi mau tidak mau cara ini pasti bisa menekan angka laju penduduk yang signifikan. Ini sudah terbukti di daerah China. Jika laju pertumbuhan penduduk dapat di tekan, maka persediaan sumber daya energy listrik khususnya di Pulau Bawean tidak akan terlalu banyak permintaan akan penyediaan listrik. Selain itu PLN juga akan decrease kerugian per bulannya. Hal ini akan terjadi secara otomatis karena pasokan solar juga pasti akan mengalami penurunan.
